Menguyah Peluang Dari Pisang Goreng

Minggu, 01 April 20120 komentar

Menyantap pisang bagi banyak orang sudah biasa. Mulai pisang biasa yang tak diolah, maupun berbagai variasi pisang olahan. Penyuka pisang pun hampir semua lapisan usia dan semua golongan. Namun, semua tentu sepakat, jenis kudapan pisang yang paling populer adalah pisang goreng.

Populariras pisang goreng inilah yang membuat Purwan Habibie Siswanto memulai usaha camilan pisang goreng P-Man. Nama itu memang unik dan tak lazim. Namun bagi Purwan nama P-Man mempunyai sejarah yang panjang. "Nama itu sebutan masa kecil saya. Dulu waktu kecil saya sering dipanggil P-man sama teman-teman," ungkap Purwan.Yang jelas, Purwan memang penggila pisang goreng. Nah, agar kegilaannya bisa menghasilkan duit, maka pada awal 2005, Purwan mencoba peruntungan dengan membuka usaha pisang goreng. Bermodal Rp 5 juta, Purwan menjajakan pisang gorengnya dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan gerobak dorong.

Baru dua bulan, usahanya ternyata bisa berkembang. Maka setelah dua purnama berjalan, Purwan pun berani merekrut seorang karyawan. Purwan mengaku, dagangannya laris manis bak jualan pulsa laku lantaran ia mampu membuat variasi produk. Ada dua jenis pisang goreng P-Man, yakni rasa orisinal alias tanpa isi dan dengan isi. Untuk pisang isi, Purwan memberi tambahan beragam bahan dan rasa. Dari pisang isi coklat, keju, selai stroberi, selai kacang, sampai isi selai srikaya.

Karena menyasar pasar premium, harga pisang P-Man cukup mahal. Pisang rasa orisinal dia patok Rp 2.500 per potong, sedang pisang isi dia banderol Rp 3.500 per potong. Merasa usahanya berkembang, pada awal 2006 Purwan menggandeng Teo Pilus Sutjana dan membuka kemitraan. Apalagi, pada 2006, tren kemitraan dan waralaba tengah booming. Banyak pengusaha kecil-menengah menawarkan kemitraan.

Kini, P-Man sudah memiliki 15 mitra. Outlet-outletnya tersebar di beberapa daerah, seperti Jakarta, Depok, Yogyakarta, Semarang, Balikpapan, serta Banjarmasin. Teo menyatakan, investor yang berminat menjadi mitra dan bergabung dengan mereka harus menyetor Rp 30 juta sebagai lisence fee. “Itu berlaku untuk tiga tahun,” tutur teo.

Sedangkan untuk perpanjangannya kelak, kalau investor tetap menghendaki bergabung, nilai lisence fee berkurang 50 persen alias tinggal Rp 15 juta, untuk masa tiga tahun berikutnya.

Purwan dan Teo mempersilakan mitra mengajukan usulan lokasi tempat outlet. Namun, Purwan sendiri yang akan menentukan cocok tidaknya untuk menjajakan pisang goreng premium ini. Ia akan meninjau lokasinya terlebih dulu. Investor juga bisa memilih jenis etalase alias booth-nya. Gerai yang biasa seharga Rp 5 juta, sedangkan gerai yang tampil bagus harganya Rp 10 juta. Selain itu mitra juga masih harus menyewa lokasi outlet, kalau bukan milik sendiri.

Selain itu, urusan lain juga menjadi tanggung jawab mitra, termasuk melakukan promosi di sekitar outlet, serta soal pemesanan dan pembelian bahan baku dari Purwan. Purwan dan Teo akan memasok bahan baku adonan dan pisang kepok pontianak ke mitra. Adonan yang dia pasok masih kering. “Jika adonan keringnya sisa, masih bisa disimpan di kulkas,” tukas Purwan.

Pemesanan adonan biasanya dalam bentuk paket berisi setengah kilogram seharga Rp 50.000. “Setelah dicampur air, setiap paket cukup untuk menggoreng 250 pisang,” ungkap Purwan, yang menandaskan bahwa keunikan rasa terdapat pada adonan kering. “Pisang pontianak dan adonan kering yang berupa tepung dan campuran lain kami suplai sesuai kebutuhan ke setiap outlet, mulai seminggu dari awal buka,” ujar Teo. Purwan pun siap menyediakan training untuk karyawan. Dengan pelatihan itu, karyawan bisa menjaga standar mutu.

Sepuluh sisir pisang

Soal omset, Purwan memberikan gambaran cerah. Dia mengaku, rata-rata outlet-nya bisa menjual pisang hingga senilai Rp 400.000 - Rp 800.000 per hari. “Omset sebanyak itu setara dengan menjual sekitar 10 sisir pisang per hari,” ungkap Teo.

Adapun keuntungan bersih nya sekitar 30 persen dari omset per hari tersebut. “Ini yang dialami oleh outlet-outlet yang sudah lebih dulu bergabung dengan kami,” tambah Teo. Itu sebabnya, dia memperkirakan, setiap franchisee akan balik modal usaha dalam tempo kurang lebih satu tahun, tergantung omset minimum dan lokasi outlet. (Dessy Aritonang)

=============
P-Man Pisang Goreng
Purwan Habibie Siswanto
Jl. Raya Pasar Minggu No. 34B
Jakarta Selatan
Telepon (021) 7974573 

(GENERASI ACEH MANDIRI)
Sumber : http://nasional.kompas.com
Share this article :

Posting Komentar

 
Template modified by: Darmanto
Copyright © 2011. GENERASI ACEH MANDIRI - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Powered by Blogger