Salah satu bisnis Haji Muhammad Arbie |
Semua itu merupakan rintisan dan tangan dingin Muhammad Arbie, putra kelahiran Blang Kejeren kabupaten Gayo Lues provinsi Aceh 3 Agustus 1920 yang menjadi tonggak awal sejarah bisnisnya. Ia terus berupaya keras memajukan bisnisnya yang semula tak dilirik orang lain. Hasil kerja kerasnya kini dilanjutkan putra-putrinya yang telah terdidik secara alami jiwa enterpreneurnya hingga usahanya tetap eksis dan maju.
Jalan panjang yang terjal dan berliku, mengiringi kisah besar bisnis "warisan" ini. Bermula dari usaha percetakan dan penerbitan Firma Madju yang kini sudah berusia lebih dari setengah abad. "Dalam satu hari, Penerbit Madju mampu mencetak 50 ribu jilid buku. Untuk penerbitan buku, kita paling lengkap alatnya di Medan. Dan kita yang masih terbesar," lanjut Hendra tersenyum.
Dari hasil laba usaha percetakan dan penerbitan yang berdiri pada 1949 inilah kerajaan bisnis keluarga almarhum Muhammad Arbie berkibar. Tahun 1955, ia memborong 10 persil tanah di sepanjang jalan Singamangaraja Medan yang masih sepi seharga Rp.5000 per meter kala itu. Ia membangun Hotel Garuda (kelak bernama Hotel Garuda Plaza) dan Hotel Garuda Citra. Bagai meteor melesat beruntun, almarhum Arbie mendirikan sayap bisnisnya di sektor kesehatan dengan membangun Rumah Sakit Permata Bunda pada 1979 dan Klinik Bunda setahun kemudian. Semua usaha bisnisnya bertumpu di titik jalan protokol. Di arah selatan kota Medan-Jalan Medan Tanjungmorawa Km 12,5, berdiri di atas tanah seluas 3 hektare: Pesantren Al Mukhlisin. Lainnya adalah sekolah pariwisata yang berada di belakang GPH.
"Semua bisnis masih eksis, dan hotel menjadi andalan utama bisnis. Terakhir kami bangun pusat jajanan serba ada (pujasera) di Jalan Amaliun Medan. Dan kami terus berkomitmen mengembangkan sayap bisnis," kata Managing Director Garuda Plaza Hotel (GPH), Hendra Arbie, kepada PinbisMedia medio Juni lalu.
Strategi apa sebenarnya yang dibangun manajemen dalam menjalankan bisnis ini? Menurut Hendra, konsep yang dipakai sama seperti kebanyakan perusahaan lain. Yang membedakannya adalah statuta manajemennya yang masih menganut manajemen keluarga. "Kami sering melakukan terobosan dalam pelayanan, inovasi dan pasar. Cenderung ini diikuti teman bisnis," lanjut Hendra.
Salah satu pola terobosan yang dimaksud Hendra adalah ketika belum ada hotel lain menyediakan fasilitas utama IT seperti sarana internet berbasis wi-fi, GPH sudah mempeloporinya sebagai perintis wi-fi gratis di hotel. Terobosan ini sekarang diikuti sebagian hotel di Medan, yang selama ini berbayar. Ini juga berlaku bagi layanan olahraga gratis di hotel tersebut.
Dalam hal pelayanan, GPH memposisikan layaknya rumah kedua bagi tamu. Personal touch yang diterapkan, membuat tamu merasa nyaman dan seolah berada di rumah sendiri. Tak heran jika GPH sering memanjakan tamu-tamunya dengan menjamu dan menabur keakraban semisal dengan menggelar acara "durian party" yang menjadi ciri khas hotel ini untuk tamunya. "Kita agendakan acara pesta durian untuk tamu eksklusif semisal artis ibukota, entertainment dan selebriti lainnya. Ini jadi ciri khas kami,"ungkap Hendra.
Ide brilian Hendra berlanjut, kamar hotel pun direnovasi total, mendesainnya dalam gaya minimalis dengan fasilitas plus sehingga fasilitas kamar melebihi hotel bintang tiga. Soal fasilitas bintang yang melebihi kapasitas fasilitas hotel bintang tiga, ia tak mau terlalu berhitung, yang penting tamu puas.
Manajemen melakukan renovasi, sejak 23 Mei 2008, dengan mengubah pelataran parkir di bagian barat hotel sebagai ruang bangun berkapasitas 100 kamar berlantai 6 sehingga total kamar yang tersedia mencapai 261 kamar, lengkap dengan segala fasilitasnya. Ini menjawab permintaan pasar yang memang kewalahan menampungnya. Imej yang dibangun membuat pelanggan bertumbuh dan rutin dari Aceh, Malaysia dan lainnya.
Adapun slogan GPH, tidaklah menjual kamar, tapi menjual imej yang menjadi "trade mark" GPH. Imej yang ditanamkan GPH adalah hunian yang "bersih" menjadi selling point hotel ini. "Kebanyakan orang mengira mengelola hotel hanya menjual kamar. Itu salah besar dan kami menjual imej. Ini hotel baik-baik. Dan membuat imej itu bukan pekerjaan gampang. Butuh tahunan mendesainnya, untuk bersaing" katanya.
Lain halnya dengan bisnis layanan kesehatan yang ditangani putra ketiganya, Rosihan Arbie. Rumah sakit Permata Bunda dan Klinik Bunda mengalami kemajuan pesat dan menjadi acuan warga Medan dan daerah lainnya untuk rawat inap dan periksa kesehatan. Mulai dari perusahaan swasta, BUMN dan asuransi menjalin kerjasama dengan unit kesehatan ini. Lumayan dan mempunyai prospek dan terlihat dengan pengembangan layanan dan ruang inap serta peralatan canggihnya.
Memang bisnis keluarga, tapi aktivitas perusahaan tetap dijalankan secara profesional. "Prinsipnya, perusahaan keluarga sama dengan perusahaan lain. Walaupun kekeluargaan yang kental, tapi keprofesionalan yang utama. Semua yang duduk di sini berdasarkan kompetensi. Saya merekrut keponakan, dan orang lain sama, berdasarkan kompetensi. Tak semata hanya hubungan keluarga dan sesuai porsinya,"kata Hendra Arbie.
Tak terpungkiri, bisnis keluarga sering menuai konflik interest dan kerap terjadi, disini manajemen cukup fleksibel menanganinya. Kiat bisnis tetap langgeng, konflik harus diredam dengan saling mengalah, saling menghormati dan prinsip jangan timpang dan "tinggi sebenang". "Misalnya, kalau saya pakai mobil, yang lain jangan sampai pakai sepedamotor. Kesetaraan yang dibangun sesuai dengan "responsibility". Walau ada perbedaan, itu karena saya memiliki tanggungjawab yang besar. Intinya harus saling pengertian," tandasnya. Yang utama, menjalankan amanah almarhum yang berpesan menjaga keharmonisan keluarga dan bersyukur kepada Allah Swt.
Komitmen yang dibangun sesuai amanah, yang menjadi landasan keyakinan bisnis keluarga ini terus berkembang sampai ke generasi berikutnya. Tentu, syarat go public dibutuhkan dan perlu waktu. Mungkin saat generasi ketiga, keempat atau kelima Begitu pun diakui Hendra, kalau obsesi keluarga setinggi langit, tapi manajemen tak pernah bermimpi menjadikan perusahaan bermain di tingkat nasional. "Cukup pemain lokal, tapi bisa menjadikan yang terbaik untuk pelanggan," katanya.
(GENERASI ACEH MANDIRI)
Sumber : diolah dari berbagai sumber
Posting Komentar