Strategi pemasaran bisnis memang tidak pernah ada matinya. Sampai hal-hal terkecil pun bisa menjadi strategi unik untuk mengembangkan sebuah bisnis. Salah satu yang berpengaruh terhadap pemasaran adalah kemasan produk. Kemasan yang menarik, bisa menjadi bahan pertimbangkan konsumen saat memilih sebuah produk tertentu. Bersama sang suami, Maria Magdalena mendirikan CV D&D Indonesia sejak tahun 2008 di Cengkareng, Jakarta. Sebelum melakoni usahanya di bisnis industri kemasan, Maria adalah seorang pengusaha makanan. Ia memasok produknya, seperti kemplang, kacang mete, ikan, dan lainnya, ke beberapa peritel modern.
Usaha makanan ini sendiri, mulai digeluti Maria sejak 2005. Lantaran menjadi pemasok ritel, Maria pun dituntut untuk mengemas produknya sesuai dengan standar yang ditetapkan peritel. Lantas, ia pun membuat kemasan yang eye-catching untuk memikat pembeli.
Karena kemasannya cukup menarik, banyak pelaku usaha sejenis yang berguru kepadanya. "Saya pun berpikir, kenapa kemasan tidak dijadikan lahan bisnis baru buat kami," kata Maria.
Untuk memulai bisnis ini, Maria tak merogoh kocek yang cukup dalam. Awalnya, ia hanya membeli tiga mesin kemasan seharga Rp 3.750.000, kini, Maria sudah memiliki 19 mesin kemasan.
Maria cukup beruntung. Dalam mengembangkan usahanya, banyak pinjaman yang mengalir ke kantongnya. Awalnya, ia mendapat kucuran dana dari BRI sebesar Rp 20 juta. "Kami menggunakan program pinjaman rekening koran," kata Maria.
Tak hanya kredit bank, Maria juga mendapatkan pinjaman dari perusahaan telekomunikasi pelat merah. Ia mendapat pinjaman dalam bentuk dana PKBL dari Telkom. "Awalnya Telkom meminjami Rp 50 juta, kemudian saya pinjam lagi Rp 100 juta," kata Maria.
Dengan pengalamannya dalam hal permodalan ini, ia pun mengimbau kepada pelaku usaha kecil untuk tak pernah takut mengajukan pinjaman kepada perbankan. Sebab, dana pinjaman jika bisa diatur dengan baik, sangat bermanfaat untuk mengembangkan usaha.
Setelah bisnis kemasannya makin berkembang, Maria mulai melirik lahan baru. Tapi, tak jauh dari kemasan, ia menawarkan jasa konsultasi kemasan.
Alhasil, kini, Maria memiliki tiga unit bisnis. Yakni, bisnis pemasok makanan dengan merek D&D Food, bisnis kemasan dengan mengusung merek D&D Pack, serta jasa konsultasi kemasan.
Untuk usaha makanan, Maria menjalin kerja sama dengan beberapa Usaha Kecil dan Menengah (UKM) sebagai pemasok makanan. Meski UKM itu telah memiliki merek sendiri, mereka harus memakai merek D&D Food.
Maria bilang, pemakaian merek D&D Food ini untuk menyiasati adanya biaya trading term yang dikenakan oleh peritel. "Kalau tidak memakai brand kami, dan UKM itu memakai merek sendiri, akan memberatkan mereka untuk membayar biaya trading term," ujarnya.
Nah, untuk pengusaha yang memesan kemasan kepadanya, ia akan mencantumkan stiker D&D Pack pada kemasan. "Tujuannya, supaya orang tahu bahwa kemasan itu juga buatan kita," katanya.
Pelanggan yang menggunakan kemasan bikinan D&D Pack pun cukup banyak. Mereka berasal dari seluruh Indonesia. Salah satunya adalah keripik Balado asal Padang dengan merek Christine Hakim.
Kini, usaha kemasan milik Maria sudah berkembang. Ia mempekerjakan 19 karyawan untuk menghasilkan ribuan produk kemasan. Setiap bulan, Maria pun mampu mengantongi omzet rata-rata sebesar Rp 200 juta. Banjir order kemasan akan datang, setelah memasuki semester kedua hingga akhir tahun. Jelang bulan Ramadan juga menjadi waktu panen bagi Maria.
Meski sudah berkembang, Maria tidak pelit untuk membagikan ilmunya soal kemasan ini kepada para pelaku UKM. Saat ini, ia aktif memberi penyuluhan lewat Departemen Perdagangan maupun Departemen Perindustrian.
Ia juga membantu UKM-UKM yang mengalami kendala dalam kemasan, termasuk konsultasi izin usaha, konsultasi membuat kemasan, membuat bar code, izin sertifikasi halal, standar produk makanan internasional dan lain-lain.
Usaha makanan ini sendiri, mulai digeluti Maria sejak 2005. Lantaran menjadi pemasok ritel, Maria pun dituntut untuk mengemas produknya sesuai dengan standar yang ditetapkan peritel. Lantas, ia pun membuat kemasan yang eye-catching untuk memikat pembeli.
Karena kemasannya cukup menarik, banyak pelaku usaha sejenis yang berguru kepadanya. "Saya pun berpikir, kenapa kemasan tidak dijadikan lahan bisnis baru buat kami," kata Maria.
Untuk memulai bisnis ini, Maria tak merogoh kocek yang cukup dalam. Awalnya, ia hanya membeli tiga mesin kemasan seharga Rp 3.750.000, kini, Maria sudah memiliki 19 mesin kemasan.
Maria cukup beruntung. Dalam mengembangkan usahanya, banyak pinjaman yang mengalir ke kantongnya. Awalnya, ia mendapat kucuran dana dari BRI sebesar Rp 20 juta. "Kami menggunakan program pinjaman rekening koran," kata Maria.
Tak hanya kredit bank, Maria juga mendapatkan pinjaman dari perusahaan telekomunikasi pelat merah. Ia mendapat pinjaman dalam bentuk dana PKBL dari Telkom. "Awalnya Telkom meminjami Rp 50 juta, kemudian saya pinjam lagi Rp 100 juta," kata Maria.
Dengan pengalamannya dalam hal permodalan ini, ia pun mengimbau kepada pelaku usaha kecil untuk tak pernah takut mengajukan pinjaman kepada perbankan. Sebab, dana pinjaman jika bisa diatur dengan baik, sangat bermanfaat untuk mengembangkan usaha.
Setelah bisnis kemasannya makin berkembang, Maria mulai melirik lahan baru. Tapi, tak jauh dari kemasan, ia menawarkan jasa konsultasi kemasan.
Alhasil, kini, Maria memiliki tiga unit bisnis. Yakni, bisnis pemasok makanan dengan merek D&D Food, bisnis kemasan dengan mengusung merek D&D Pack, serta jasa konsultasi kemasan.
Untuk usaha makanan, Maria menjalin kerja sama dengan beberapa Usaha Kecil dan Menengah (UKM) sebagai pemasok makanan. Meski UKM itu telah memiliki merek sendiri, mereka harus memakai merek D&D Food.
Maria bilang, pemakaian merek D&D Food ini untuk menyiasati adanya biaya trading term yang dikenakan oleh peritel. "Kalau tidak memakai brand kami, dan UKM itu memakai merek sendiri, akan memberatkan mereka untuk membayar biaya trading term," ujarnya.
Nah, untuk pengusaha yang memesan kemasan kepadanya, ia akan mencantumkan stiker D&D Pack pada kemasan. "Tujuannya, supaya orang tahu bahwa kemasan itu juga buatan kita," katanya.
Pelanggan yang menggunakan kemasan bikinan D&D Pack pun cukup banyak. Mereka berasal dari seluruh Indonesia. Salah satunya adalah keripik Balado asal Padang dengan merek Christine Hakim.
Kini, usaha kemasan milik Maria sudah berkembang. Ia mempekerjakan 19 karyawan untuk menghasilkan ribuan produk kemasan. Setiap bulan, Maria pun mampu mengantongi omzet rata-rata sebesar Rp 200 juta. Banjir order kemasan akan datang, setelah memasuki semester kedua hingga akhir tahun. Jelang bulan Ramadan juga menjadi waktu panen bagi Maria.
Meski sudah berkembang, Maria tidak pelit untuk membagikan ilmunya soal kemasan ini kepada para pelaku UKM. Saat ini, ia aktif memberi penyuluhan lewat Departemen Perdagangan maupun Departemen Perindustrian.
Ia juga membantu UKM-UKM yang mengalami kendala dalam kemasan, termasuk konsultasi izin usaha, konsultasi membuat kemasan, membuat bar code, izin sertifikasi halal, standar produk makanan internasional dan lain-lain.
(Generasi Aceh Mandiri)
Sumber : http://peluangusaha.kontan.co.id/news/maria-magdalena-meraih-sukses-bisnis-kemasan-dari-usaha-makanan
Posting Komentar